Minggu, 14 Oktober 2018

Selasa, 09 Oktober 2018

7 Karakteristik Guru Abad 21

  1. Life-long learner. Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka.
  2. Kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif lahir dari guru yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu memanfaatkan variasi sumber belajar untuk menyusun kegiatan di dalam kelas.
  3. Mengoptimalkan teknologi. Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah blended learninggabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya additional, bahkan wajib.
  4. Reflektif. Guru yang reflektif adalah guru yang mampu menggunakan penilaian hasil belajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui kapan strategi mengajarnya kurang optimal untuk membantu siswa mencapai keberhasilan belajar. Ada berapa guru yang tak pernah peka bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar siswa. Guru yang reflektif mampu mengoreksi pendekatannya agar cocok dengan kebutuhan siswa, bukan malah terus menyalahkan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran 
  5. Kolaboratif. Ini adalah salah satu keunikan pembelajaran abad 21. Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak.
  6. Menerapkan student centered. Ini adalah salah satu kunci dalam pembelajaran kelas kekinian. Dalam hal ini, siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Karenanya, dalam kelas abad 21 metode ceramah tak lagi populer untuk diterapkan karena lebih banyak mengandalkan komunikasi satu arah antara guru dan siswa.
  7. Menerapkan pendekatan diferensiasi. Dalam menerapkan pendekatan ini, guru akan mendesain kelas berdasarkan gaya belajar siswa. pengelompokkan siswa di dalam kelas juga berdasarkan minat serta kemampuannya. Dalam melakukan penilaian guru menerapkan formative assessment dengan menilai siswa secara berkala berdasarkan performanya (tak hanya tes tulis). Tak hanya itu, guru bersama siswa berusaha untuk mengatur kelas agar menjadi lingkungan yang aman dan suportif untuk pembelajaran.

Senin, 08 Oktober 2018

Motivasi mengikuti Diklat Online Guru melek IT angkatan 1 Tahun 2018



Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin cepat dewasa ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia pembelajaran, baik pada peserta didik  maupun pada guru.
Perubahan yang terjadi pada peserta didik meliputi cara berfikir (the ways of thinking), cara belajar (the ways of learning) dan cara bersikap (the ways of behave). Sejak terjadi pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan dari yang semula berorientasi pada guru  menjadi berorientasi pada siswa.
Fokus perhatian pun diarahkan bukan lagi pada pertanyaan bagaimana seorang guru mengajar, tapi lebih difokuskan pada pertanyaan bagaimana peserta didik agar bisa belajar dan menikmati proses pembelajaran. Dengan kata lain, perubahan pada diri peserta didik sebagaimana tersebut di atas menghendaki penyesuaian oleh guru dalam membelajarkannya.
Membelajarkan Generasi Digital
Peserta didik hari ini dapat diklasifikasikan sebagai generasi digital asli, yaitu mereka yang lahir dan berkembang di era digital sedangkan para guru mayoritas merupakan generasi digital imigran, yaitu generasi yang lahir sebelum era digital.
Namun dalam perkembangannya diusianya hari ini mereka juga ikut serta menikmati era digital . Perbedaan klasifikasi secara sosiologis tersebut mengisyaratkan bahwa  antara guru dan peserta didik memiliki pengalaman sosial yang berbeda, sebagai pengaruh dari perbedaan beragam fenomena sosial yang menyertai masa hidup dan perkembangannya, sehingga menyebabkan perbedaan cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap antara keduanya.
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam rangka membelajarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semua langkah dalam pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran diarahkan pada bagaimana agar peserta didik belajar.
Sehingga, dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik, fasilitator pembelajaran dan patner belajar bagi peserta didik, dituntut untuk memahami dengan baik cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap peserta didik dalam rangka memberikan penanganan dan pendampingan yang tepat dalam proses belajarnya.
Ibarat seorang ibu dan anak dalam hal memberi makan, maka tujuan yang dingin dicapai adalah agar si anak bisa makan (dengan lahap). Ketika anak di suguhkan menu hidangan yang telah diolah sang Ibu, namun tidak tertarik bahkan menolak untuk makan, maka yang harus dirubah adalah menu makanan atau bentuk penyajiannya, bukan anaknya yang dipaksa agar tetap mau makan.
Begitu pun dalam pembelajaran. Hal tersebut merupakan sebuah keharusan untuk dilakukan, mengingat bahwa peserta didik lahir dan berkembang di zamannya (digital) dan disiapkan untuk hidup dan berkembang di zamannya sekarang dan di masa yang akan datang.
Pengintegrasian beragam teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran merupakan salah satu bentuk penyesuaian pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. Penyesuaian tersebut meliputi pengembangan media-media pembelajaran elektronik atau berbantuan komputer, pemanfaatan situs media-media sosial untuk aktivitas pembelajaran dan pengembangan strategi-strategi pembelajaran online dan perpaduan antara online dan tatap muka (blended learning).
Penanganan dan pendampingan yang tepat dalam arti sesuai dengan keunikan karaktersitik peserta didik serta situasi dan kondisi lingkungan proses pembelajaran, baik dalam bentuk pemilihan beragam strategi pembelajaran maupun bentuk interaksi antara guru dan peserta didik merupakan hal yang sangat penting bagi kesuksesan usaha pencapaian tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan guru dalam membelajarkan peserta didik akan memicu meningkatkan daya tarik peserta didik untuk belajar. Begitu juga sebaliknya, jika strategi pembelajaran yang digunakan guru dianggap membosankan, maka akan memicu menurunkan daya tarik peserta didik untuk belajar.
Kolaborasi berbasis TIK
Tantangan guru berikutnya selain keunikan karakteristik generasi digital sebagaimana tersebut diatas adalah menyeimbangkan capaian pembelajaran antara akademik dan karakter. Jika hasil capaian akademik dapat dilihat dengan mudah berdasarkan pola jawaban atau skor yang diperoleh peserta didik, beda halnya dengan capaian pembelajaran dalam hal karakter. Hasil dari capaian pembelajaran karakter hanya akan dapat dilihat dari beragam tingkah laku yang ditampilkan peserta didik ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Pembentukan karakter bagi peserta didik memerlukan waktu yang lama dan dilakukan secara terus menerus. Proses pembentukan karakter bagi peserta didik  berhubungan sangat erat dengan situasi dan kondisi di sekitarnya, meliputi beragam kejadian atau informasi yang dilihat, didengar dan dirasakannya[t1] .

Dewasa ini, Kemudahan akses hampir tanpa batas terhadap beragam informasi tanpa ada filter yang memadai, disamping memberikan kemanfaatan, juga memberikan kemudaratan. Banjir informasi tanpa ada perbedaan jelas antara konten yang mendidik dan tidak mendidik, informasi yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan dengan hoaks hampir sudah tidak terbendung.
Oleh karena itu, dalam usaha pembentukan karakter peserta didik tidak cukup jika hanya mengandalkan peran guru di sekolah mengingat sebagian besar waktu yang dimililki peserta didik juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas di luar lingkungan sekolah, terutama di rumah.
Pendidikan sejatinya adalah tugas orang tua terhadap anak-anaknya dan guru sejatinya adalah patner bagi orang tua untuk mendidik anak-anak mereka.  Belajar secara formal disekolah dengan didampingi oleh guru dan warga sekolah lainnya bukan berarti meniadakan peran orang tua untuk mendidik anak-anaknya.
Orang tua dan guru dalam konteks pendidikan bagi anak harus dibaca dengan satu tarikan nafas, yaitu pendidik. Kolaborasi antara keduanya merupakan faktor kunci keberhasilan pendidikan bagi  anak, baik dalam hal akademik maupun karakter.  Begitu juga sebaliknya, kurang dan bahkan tidak adanya kolaborasi diantara keduanya, maka akan sangat menghambat usaha pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan.
Oleh karena itu, antara pendidik dan orang tua perlu menjalin suatu kolaborasi apik berupa saling berbagi peran dan bertukar saran dan informasi tentang kondisi dan perkembangan peserta didik dalam rangka mensukseskan pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini merupakan suatu peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan  kolaborasi apik antara guru dan orang tua. Beragam jejaring sosial dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem informasi terpadu sederhana antara guru dan orang tua dalam rangka memudahkan orang tua untuk memantau proses belajar anak dan memudahkan guru untuk mendapatkan informasi atau masukan yang mendukung proses belajar.
 E- learning Berbasis Android  antara guru ,murid dan orang tua sebagaimana tersebut di atas merupakan sebuah pilihan utama dalam rangka mengambil manfaat maksimal dari perkembangan TIK untuk mengoptimalkan usaha pencapaian pembelajaran bagi peserta didik, baik akademik maupun karakter.