Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin cepat dewasa
ini secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap dunia pembelajaran, baik pada peserta didik maupun pada guru.
Perubahan yang terjadi pada peserta didik meliputi cara berfikir (the
ways of thinking), cara belajar (the ways of learning) dan
cara bersikap (the ways of behave). Sejak terjadi pergeseran
paradigma dalam dunia pendidikan dari yang semula berorientasi pada guru
menjadi berorientasi pada siswa.
Fokus perhatian pun diarahkan bukan lagi pada pertanyaan bagaimana seorang
guru mengajar, tapi lebih difokuskan pada pertanyaan bagaimana peserta didik
agar bisa belajar dan menikmati proses pembelajaran. Dengan kata lain,
perubahan pada diri peserta didik sebagaimana tersebut di atas menghendaki
penyesuaian oleh guru dalam membelajarkannya.
Membelajarkan Generasi Digital
Peserta didik hari ini dapat diklasifikasikan sebagai generasi digital
asli, yaitu mereka yang lahir dan berkembang di era digital sedangkan para guru
mayoritas merupakan generasi digital imigran, yaitu generasi yang lahir sebelum
era digital.
Namun dalam perkembangannya diusianya hari ini mereka juga ikut serta
menikmati era digital . Perbedaan klasifikasi secara sosiologis
tersebut mengisyaratkan bahwa antara guru dan peserta didik memiliki
pengalaman sosial yang berbeda, sebagai pengaruh dari perbedaan beragam
fenomena sosial yang menyertai masa hidup dan perkembangannya, sehingga
menyebabkan perbedaan cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap antara
keduanya.
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam rangka
membelajarkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Semua langkah
dalam pembelajaran mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan
evaluasi pembelajaran diarahkan pada bagaimana agar peserta didik belajar.
Sehingga, dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik, fasilitator
pembelajaran dan patner belajar bagi peserta didik, dituntut untuk memahami
dengan baik cara berfikir, cara belajar dan cara bersikap peserta didik dalam
rangka memberikan penanganan dan pendampingan yang tepat dalam proses
belajarnya.
Ibarat seorang ibu dan anak dalam hal memberi makan, maka tujuan yang
dingin dicapai adalah agar si anak bisa makan (dengan lahap). Ketika anak di
suguhkan menu hidangan yang telah diolah sang Ibu, namun tidak tertarik bahkan
menolak untuk makan, maka yang harus dirubah adalah menu makanan atau bentuk penyajiannya,
bukan anaknya yang dipaksa agar tetap mau makan.
Begitu pun dalam pembelajaran. Hal tersebut merupakan sebuah keharusan
untuk dilakukan, mengingat bahwa peserta didik lahir dan berkembang di zamannya
(digital) dan disiapkan untuk hidup dan berkembang di zamannya sekarang dan di
masa yang akan datang.
Pengintegrasian beragam teknologi informasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu bentuk penyesuaian pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik. Penyesuaian tersebut meliputi pengembangan
media-media pembelajaran elektronik atau berbantuan komputer, pemanfaatan situs
media-media sosial untuk aktivitas pembelajaran dan pengembangan
strategi-strategi pembelajaran online dan perpaduan antara online dan tatap
muka (blended learning).
Penanganan dan pendampingan yang tepat dalam arti sesuai dengan keunikan
karaktersitik peserta didik serta situasi dan kondisi lingkungan proses
pembelajaran, baik dalam bentuk pemilihan beragam strategi pembelajaran maupun
bentuk interaksi antara guru dan peserta didik merupakan hal yang sangat
penting bagi kesuksesan usaha pencapaian tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang tepat yang digunakan guru dalam membelajarkan
peserta didik akan memicu meningkatkan daya tarik peserta didik untuk belajar.
Begitu juga sebaliknya, jika strategi pembelajaran yang digunakan guru dianggap
membosankan, maka akan memicu menurunkan daya tarik peserta didik untuk
belajar.
Kolaborasi berbasis
TIK
Tantangan guru berikutnya selain keunikan karakteristik generasi digital
sebagaimana tersebut diatas adalah menyeimbangkan capaian pembelajaran antara
akademik dan karakter. Jika hasil capaian akademik dapat dilihat dengan mudah
berdasarkan pola jawaban atau skor yang diperoleh peserta didik, beda halnya
dengan capaian pembelajaran dalam hal karakter. Hasil dari capaian pembelajaran
karakter hanya akan dapat dilihat dari beragam tingkah laku yang ditampilkan
peserta didik ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Pembentukan karakter bagi peserta didik memerlukan waktu yang lama dan
dilakukan secara terus menerus. Proses pembentukan karakter bagi peserta didik
berhubungan sangat erat dengan situasi dan kondisi di sekitarnya,
meliputi beragam kejadian atau informasi yang dilihat, didengar dan dirasakannya[t1] .
Dewasa ini, Kemudahan akses hampir tanpa batas terhadap beragam informasi
tanpa ada filter yang memadai, disamping memberikan kemanfaatan, juga
memberikan kemudaratan. Banjir informasi tanpa ada perbedaan jelas antara
konten yang mendidik dan tidak mendidik, informasi yang valid dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan hoaks hampir sudah tidak terbendung.
Oleh karena itu, dalam usaha pembentukan karakter peserta didik tidak cukup
jika hanya mengandalkan peran guru di sekolah mengingat sebagian besar waktu
yang dimililki peserta didik juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas di luar
lingkungan sekolah, terutama di rumah.
Pendidikan sejatinya adalah tugas orang tua terhadap anak-anaknya dan guru
sejatinya adalah patner bagi orang tua untuk mendidik anak-anak mereka.
Belajar secara formal disekolah dengan didampingi oleh guru dan warga
sekolah lainnya bukan berarti meniadakan peran orang tua untuk mendidik
anak-anaknya.
Orang tua dan guru dalam konteks pendidikan bagi anak harus dibaca dengan
satu tarikan nafas, yaitu pendidik. Kolaborasi antara keduanya merupakan faktor
kunci keberhasilan pendidikan bagi anak, baik dalam hal akademik maupun
karakter. Begitu juga sebaliknya, kurang dan bahkan tidak adanya kolaborasi
diantara keduanya, maka akan sangat menghambat usaha pencapaian tujuan
pendidikan sebagaimana diharapkan.
Oleh karena itu, antara pendidik dan orang tua perlu menjalin suatu
kolaborasi apik berupa saling berbagi peran dan bertukar saran dan informasi tentang
kondisi dan perkembangan peserta didik dalam rangka mensukseskan pencapaian
tujuan pendidikan sebagaimana diharapkan.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini merupakan
suatu peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kolaborasi
apik antara guru dan orang tua. Beragam jejaring sosial dapat dimanfaatkan
untuk membangun sistem informasi terpadu sederhana antara guru dan orang tua
dalam rangka memudahkan orang tua untuk memantau proses belajar anak dan memudahkan
guru untuk mendapatkan informasi atau masukan yang mendukung proses belajar.
E- learning Berbasis Android antara guru ,murid dan orang tua sebagaimana
tersebut di atas merupakan sebuah pilihan utama dalam rangka mengambil manfaat
maksimal dari perkembangan TIK untuk mengoptimalkan usaha pencapaian
pembelajaran bagi peserta didik, baik akademik maupun karakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar